PEMINDAH
TENAGA AUTOMOBIL
(AUTOMOBILE
POWER TRAIN)
Mekanisme yang memindahkan tenaga yang dihasilkan oleh engine untuk penggerak roda-roda disebut
power train. Power train terdiri dari kopling, transmisi, propeller shaft, universal
joint dan roda-roda belakang.
![]() |
Propeller shaft
Gambar 1. Urutan pemindahan
tenaga
I. KOPLING
1. Mengapa Kopling Diperlukan?
Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada mobil-mobil bensin, diesel dan jenjs lainnya
dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran didalam silinder engine. Engine bensin dan diesel tidak dapat hidup sendiri seperti mesin
uap dan motor listrik. Walaupun motor ini dapat dihidupkan, tenaganya tidak
dapat digunakan dengan segera. Tambahan pula, pada waktu mesin hidup, mesin
harus menghasilkan sejumlah momen atau engine
dihidupkan tanpa digunakan tenaganya. Karena itu, pada tahap pertama engine-engine harus dapat berputar
dahulu, dan kemudian memindahkan tenaganya perlahan-lahan pada roda-roda
belakang sehingga kendaraan akan bergerak perlahan-lahan. Dan juga engine harus bebas (tidak berhubungan)
bila mengganti gigi transmisi. Oleh karena hal tersebut di atas, maka
diperlukan pemasangan kopling yang letaknya diantara engine dan transmisi yang berfungsi untuk menghubungkan dan
membebaskan engine.
Bila tenaga dari satu engine yang sedang berputar dipindahkan
pada roda-roda penggerak pada waktu kendaraan sedang berhenti, kendaraan akan
melompat apabila tenaga itu terlalu besar, dan engine akan mati bila tenaga engine
terlalu kecil, juga kendaraan tidak dapat bergerak dengan lembut. Untuk
memungkinkan engine dapat hidup
dengan lembut diperlukan kopling untuk memindahkan tenaga dengan menggelincir
(slip) pertahan-lahan, dan sesudah tenaga sebagian besar pindah, maka pemindahan
tenaga akan berlangsung tanpa terjadinya slip. Tambahan pula, kopling harus
dapat bekerja dengan sederhana.
2. Jenis
Kopling
Kopling
ini ada beberapa macam antara lain, kopling gesek (friction clutch), kopling maknit (magnetic clutch), kopling fluida (fluid clutch), dan kopling sentrifugal (centrifugal clutch), tetapi pada umumnya banyak digunakan kopling
model gesek dan fluida.
Kopling gesek dapat digolongkan dua bagian, kopling model piringan
atau biasa disebut kopling plat (disc
clutch) dan model kerucut (cone
clutch). Kemudian kopling model plat ini terbagi dua, kopling plat basah (wet type) yang mana kopling plat bekerja terendam minyak dan pada kopling
plat kering ini tidak digunakan minyak. Kopling fluida adalah jenis kopling
yang menggunakan minyak untuk memindahkan tenaga. Kopling ini dapat memindahkan
tenaga terus menerus dengan lembut, dan akhir-akhir ini pemakaiannya semakin
populer. Kopling model ini pada transmisi otomatik
bersama dengan transmisi gigi planet (planetary
gear transmission).
3. Konstruksi Kopling.
Pada hal ini akan kita bahas tentang kopling model gesek, kering,
plat tunggal, yang dewasa ini banyak digunakan pada mobil-mobil.
(1) Kopling plat tunggal
dan kering (dry, single-plate clutch)
Kopling ini mempunyai konstruksi yang sederhana, dapat
menghubungkan dan membebasKan tenaga dan mudah untuk melakukan
perbaikan-perbaikan. Karena kebaikan-kebaikan tersebut, kopling model di atas
dewasa ini langsung menghubungkan banyak digunakan pada mobil-mobil penumpang,
truk-truk, dan bis-bis.
Mekanismenya terdiri dari unit kopling yang berhubungan langsung
dan membebaskan tenaga dan bagian-bagian lainnya yang digunakan untuk
menggerakkan unit kopling. Pada unit kopling ini tutup kopling (clutch cover) dipasangkan pada roda
penerus yang memutarkan bagian-bagian yang disatukan (integral part) dengan poros engkol engine. Plat kopling (clutch
disc) plat penekan (pressure plate)
dan bagian-bagian lainnya dipasangkan didalam tutup kopling (clutch cover). Konstruksi kopling seperti
terlihat pada gambar 2 dan gambar 3.
Gambar
2. Kopling plat tunggal dan kering Gambar
3. Konstruksi kopling
![]() |
Pressure plate (Plat penekan)
Release bearing (Bantalan pembebas)
Pressure lever (Lengan
penekan)
Pressure lever (Lengan penekan)
Pressure plate (Plat penekan)
Plat kopling (Clutch
disk)
Garpu pembebas (Release fork) Tutup kopling (Clutch cover) Spring (Pegas)
Pegas (Spring)
Clutch cover (Tutup kopling)
Clutch disk (Plat kopling)
a. Plat penekan (pressure plate)
Plat penekan terbuat dari cast
iron ring dengan bagian permukaannya diratakan
dengan halus. Fungsi plat penekan ini untuk menekan plat kopling terhadap roda
penerus dengan adanya tekanan dari pegas-pegas kopling (clutch compression spring). Pada saat kopling berhubungan maka akan
terjadi slip (tergelincir), karena itu plat penekan ini dibuat dari bahan
khusus (special cast iron) yang tahan
panas dan mempunyai sifat tahan aus yang tinggi.
b. Plat
kopling (clutch disc)
Plat
kopling ini letaknya diantara roda penerus dan plat penekan. Untuk memperbesar
gesekan maka pada kedua permukaan plat kopling ini dipasangkan kanvas yang
dikeling dengan paku keling. Kedua permukaan plat kopling ini terbuat dari
bahan asbes yang tahan panas dan daya tahan aus yang tinggi. Pada akhir-akhir
ini pada permukaan platnya berisikan kepingan logam dengan maksud untuk
menambah kekuatan dan pengantar panas yang baik.
Di bagian tengah plat
kopling (clutch hub) diberi
alur-alur. Alur-alur ini berkaitan dengan poros input transmisi dan
memungkinkan plat kopling maju mundur pada poros.
Plat kopling ini juga dilengkapi dengan pegas-pegas torsi (torsion spring), gunanya untuk meredam
getaran pada saat kopling berhubung, dengan demikian mencegah kebengkokan atau
pecahnya plat-plat kopling.
c. Tuas-tugas penekan (pressure levers)
Dibeberapa tempat pada plat penekan (pressure plate) dilengkapi sejumlah tuas-tuas penekan. Tuas-tuas
penekan ini dijamin oleh tutup kopling (clutch
cover) dan bagian ujung-ujung luar dibautkan pada plat penekan. Bagian
ujung dalam tuas penekan ini bersentuhan dengan bantalan pembebas (release bearing). Bila pedal kopling
ditekan, bantalan pembebas akan terdorong kedepan dengan adanya mekanisme
batang penghubung dan tenaga terhadap lengan-lengan penekan. Sebagai
akibatnya, lengan penekan dijamin oleh pivot yang dipasangkan pada tutup
kopling (clutch cover) akan menarik
plat penekgn (pressure plate) ke belakang
sehingga plat kopling menjadi bebas.
d. Bantalan
pembebas (release bearing)
Bantalan pembebas ini bergerak maju mundur di dalam clutch housing dengan adanya bantuan
garpu pembebas kopling (clutch release
fork). Bila garpu pembebas ini menekan kedepan, maka bantalan ini akan
mendorong tuas-tuas penekan untuk membebaskan kopling.
4. Cara kerja kopling.
(1) Urutan
pemindahan tenaga bila kopling dihubungkan
Tutup kopling (clutch cover) yang dipasangkan pada roda
penerus akan turut berputar bersama-sama.
Diantara roda penerus dan plat penekan (pressure plate) terdapat plat kopling yang clutch hub-nya dipasangkan pada alur-alur poros input transmisi,
sehingga poros dan plat kopling dapat berputar bersama-sama.
Plat penekan dipasangkan
pada tutup kopling (clutch cover) dan
diantaranya diberi pegas-pegas sehingga plat penekan dapat tertekan secara
konstan dan kuat terhadap plat kopling dengan adanya tekanan pegas-pegas ini.
Karena itu, tenaga engine yang
dipindahkan ke poros input transmisi dengan daya gesek antara roda penerus,
plat penekan dan plat kopling.

Gambar 6. Kopling dalam keadaan berhubungan

Gambar 7. Kopling dalam keadaan bebas
(2) Urutan perpindahan tenaga bila kopling dibebaskan
Melalui batang mekanisme
(link mechanism), penekanan yang
berlaku pada pedal kopling akan mendesak bantalan pembebas (release bearing) melalui tuas-tuas
penekan. Tekanan tuas-tuas penekan ada lebih besar dari pada tekanan
pegas-pegas kopling dan akan menarik plat penekan kebelakar. Karena itu,
gesekan yang bekerja diantara plat kopling dan plat penekan akan hilang dengan
demikian tenaga mesin hanya berpindah ke plat penekan (pressure plate), akan menyebabkan poros input transmisi berhenti
berputar.
5. Plat Kopling Pegas
Diapragma (Diaphragm Spring Clutch)
Pegas kopling model
membran (diaphragm spring clutch) menggunakan
pegas model membran yang berfungsi sebagai tuas-tuas dan pegas-pegas pembebas
yang biasa digunakan pada kopling yang menggunakan pegas-pegas koil (coil spring). Konstruksinya seperti
terlihat pada Gambar 8.
Cara kerjanya adalah
sebagai berikut:

Gambar 8. Diaphragm
spring
Bila kopling ditekan,
tenaga berpindah dari garpu pembebas (realease
fork) ke bantalan pembebas menyebabkan bantalan pembebas mendorong
ujung-ujung sirip pegas membran (diaphragm
spring fin). Kemudian pegas membran berubah bentuk seperti terlihat pada gambar
9 yaitu plat penekan mundur dan memungkinkan kopling menjadi bebas.
Bila pedal kopling
dibebaskan, pegas matahari (diaphragm
spring) kembali pada bentuknya semula dengan tenaganya sendiri. Bagian luar
pegas membran menekan plat penekan yang terpasangkan pada roda penerus untuk
mengembalikan kopling pada posisi berhubungan.
Beberapa keuntungan pada
pegas matahari:
(1) Tidak memerlukan penekanan yang
berlebihan pada pegas
(2) Tekanan yang berlaku pada plat penekan
lebih merata dibandingkan dengan
pegas-pegas model koil (coil spring).
(3) Memunyai jumlah bagian-bagian yang lebih
sedikit
(4) Pada kecepatan tinggi, tegangan pegas
koil akan menurun dengan adanya efek
sentrifugal.
(5) Walaupun permukaan plat kopling telah
terjadi aus tertentu namun daya tekan
pada plat penekannya tidak akan berubah.

Gambar 9. Cara kerja kopling
6. Istilah Penentuan Kesukaran Kopling
(1) Menggelincir (slip):
Kondisi ini diakibatkan antara lain
telah terjadinya keausan pada permukaan plat
kopling, terkena gemuk atau minyak pada permukaan plat menyebabkan koefisien gesekan plat kopling menurun dengan
demikian tidak memungkinkan
kopling meminkan tenaga dari engine dengan
sempurna. Bila terjadi menggelincir
(slip) pada mobil tidak memungkinkan kendaraan
berjalan cepat dan pemakaian bahan bakar akan menjadi lebih boros.
(2) Menggetar atau
gesekan kasar:
Kopling tidak dapat berhubungan dengan lembut dan mobil
seolah-olah bergetar.
(3) Mengeret:
Kesukaran ini diakibat plat penekan tidak kembali dengan
sempurna bila pedal kopling ditekan dan
menyebabkan tetap berhubungan. Bila gigi-gigi transmisi
dipindahkan akan terdengar suara gemeretak, gigi-gigi transmisi beradu.
II. TRANSMISI
1. Mengapa Transmisi Diperlukan?
Mobil memerlukan momen
yang tinggi ketika sedang mendaki dan waktu star, kendatipun mobil sedang
berjalan pada kecepatan rendah. Sebaliknya bila mobil berjalan pada kecepatan
tinggi di jalan yang rata tidak memerlukan momen yang besar disebabkan adanya momentum
yang lebih baik dimana roda-roda
berputar dengan sendirinya pada kecepatan tinggi. Namun demikian, momen yang dikecilkan
oleh engine itu terbatas, tidak dapat
mencapai momen yang diperlukan untuk star dan jalan yang mendaki.
Kerja transmisi
disesuaikan dengan keadaan jalannya kendaraan. Bila tenaga penggerak (driving force) diperlukan, ini akan
mengurangi kecepatan engine dan
memindahkan momen yang lebih besar ke roda-roda penggerak dan bila diperlukan
kecepatan yang tinggi, keroda-roda diteruskan kecepatan yang tinggi dengan
momen yang rendah.
Lagi pula, transmisi
berfungsi untuk memundurkan kendaraan. Engine
hanya dapat berputar pada satu arah saja, gigi-gigi transmisi berkaitan
sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat bergerak mundur.
Transmisi dipasangkan
langsung ke belakang kopling dan dikontrol dengan tuas pengatur gigi (gear shift lever) yang terpasang dalam
ruang pengemudi.
2. Perbandingan Gigi-Gigi
Transmisi merubah
kecepatan mesin dan momen dengan perkaitan gigi-gigi dalam berbagai macam
kombinasi. Bila kombinasi gigi-gigi berlaku seperti terlihat pada gambar 10,
kecepatan putaran akan berkurang tetapi momen pada poros roda akan bertambah.
Turunnya putaran (slowing down) mesin
diteruskan ke roda-roda penggerak disebut 'shifting
down' dan hubungan antara kecepatan disebut perbandingan gigi.
Perbandingan gigi-gigi
dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini :
Putaran mesin
Perbandingan gigi =
-----------------
Putaran propeller shaft
Hubungan tenaga kuda dan
momen seperti tertera di bawah ini. Karena itu, bila halnya engine menghasilkan tenaga kuda dalam
jumlah yang sama, rendahkan kecepatan engine
atau dengan perkataan lain dengan jalan memperbesar perbandingan gigi, akan
menyebabkan pertambahan momen (tenaga penggerak) pada roda-roda. Berhubung
kecepatan yang dipindahkan keroda-roda berkurang maka kendaraan kehilangan
kecepatan.
Tenaga kuda = K x T x n
Dimana: K = Bilangan konstanta
T = Momen
n = Jumlah putaran
![]() |
Gambar 10. Prinsip transmisi
Pada
kombinasi gigi-gigi, perbandingan gigi-gigi, dimulai dari perbandingan yang
terbesar, disebut rendah (flow),
kedua dan ketiga. Perbandingan gigi dimana
putaran engine sama dengan putaran propeller shaft disebut putaran tinggi (top). Bila perbandingan yang kurang dari
saru, diartikan bilamana putaran propeller
shaft, lebih cepat dari putaran engine
disebut over drive.

Gambar 11. Rangkaian transmisi
3. Jenis Transmisi
Transmisi yang digunakan
pada mobil-mobil dapat digolongkan seperti dibawah ini:
Selective gear transmission
|
Planetary gear
transmission
Automatic transmission
|
- Sliding mesh type
-
Constant mesh type
-Synchromesh
type
Fluid
type Electric type
Automotic transmission
4. Selective
Gear Transmission
Transmisi yang dipindahkan dengan tangan umumnya adalah model
selective gear. Seperti dituliskan di atas, ini termasuk model sliding mesh, constant mesh, dan synchromesh..
Selective gear transmission memunyai
konstruksi yang sederhana, kesukaran yang timbul juga relatif ringan dan kecil, biaya produksinya rendah, dan dewasa ini banyak
sekali digunakan pada kendaraan bermotor.
Sebaliknya
pada transmisi model ini terdapat beberapa kerugian, antara lain perbandingan
gigi-giginya tidak kontinu dilakukan dalam beberapa tingkat
(dari 3 sampai 5 tingkat), diperlukan setiap kali pemindahan gigi bila keadaan jalannya kendaraan berubah
dan juga menimbulkan suara.
(1) Sliding mesh type
Seperti terlihat pada gambar 12 model ini dilengkapi dengan
gigi-gigi yang meluncur (sliding gear)
dari berbagai macam ukurannya yang dipasangkan pada poros output-nya. Dengan
meluncurkan gigi-gigi
ini agar berkaitan
dengan gigi susun (counter gear) untuk memeroleh pengaturan
yang sempurna,
bermacam perbandingan yang dapat
diperoleh. Kombinasi yang umum pada transmisi model
ini, 3 sampai 5 tingkat kemuka dan satu tingkat untuk mundur.
Gambar12 memerlihatkan konstruksi transmisi model sliding mesh tiga tingkat untuk maju dan
satu tingkat untuk mundur. Bila garpu pengatur gigi transmisi (gear shift fork)
![]() |
Gambar 12. Gigi transmisi
model sliding
(1) Output shaft
(1) Output shaft
(2) Low & reverse sliding gear
(3) Second sliding gear
(4) Clutch
(5) Input shaft
(6) Clutch gear
(7) Countershaft drive gear
(8) Countershaft
(9) Low speed gear
(10) Second gear
(11) Reverse
gear
(12) Reverse idler gear
(13) Gear shift fork
kemuka
kearah 1 dilayani dengan perantaraan tuas pengatur gigi (gear shift lever), sliding gear (2) yang terpasang pada output shaft (1) ditarik ke depan agar
berkaitan dengan low speed gear (9) pada counter shaft (8), menimbulkan
perputaran input shaft yang dipindahkan dengan urutan (6) - (9) - (2) untuk memutarkan output shaft. Pengaturan gigi ini adalah salah satu yang menghasilkan
kecepatan yang terendah dari input shaft
dan transmisi dapat dikatakan 'low'
(gigi pertama) bila pada keadaan seperti ini.
![]() |
Ketiga (Top) Mundur
Gambar 13. Kombinasi gigi-gigi pada sliding mesh transmission
Gambar 13. Kombinasi gigi-gigi pada sliding mesh transmission
Bila garpu pemindah gigi (gear shift fork) digerakkan kearah 2, (2) dan (9) tidak berkaitan dengan second
sliding gear (3) didorong ke belakang agar berkaitan dengan second speed gear (gigi ke 10). Perputaran input shaft dipindahkan dengan urutan
(6) - (10) - (3) untuk memutarkan output
shaft. Dalam keadaan posisi seperti ini disebut "kedua"
(kecepatan kedua). Bila garpu pengatur gigi digerakkan
ke arah 3, (3) dan (10) tidak berkaitan dan clutch
(4) berkaitan, dengan demikian input
dan output shaft menjadi satu dan
berputar bersamaan. Kemudian transmisi disebut pada
posisi "top" (kecepatan
ketiga). Bila garpu pengatur gigi (gear
shift fork) digerakkan ke depan kea rah R, sliding gear (2) digerakkan ke belakang berkaitan dengan reverse idler gear (12). Perputaran input shaft dipindahkan dlam urutan (6)
- (7) – (11) - (12) - (2) untuk memutarkan output
shaft dalam arah putaran. Sekarang pada posisi ini transmisi disebut
mundur.
Diantara selective
gear transmission, model sliding mesh
inilah yang paling sederhana konstruksinya. Disebabkan belum adanya
ukuran yang tepat untuk memudahkan perkaitar gigi, maka cara double kopling (double clutching) harus dilakukan agar pemindahan gigi-gigi dapat berlangsung
dengan sempurna. Juga gigi-gigi ini cenderung
menimbulkan suara berisik dan karena adanya kesukaran tersebut, dewasa ini tidak dipergunakan lagi.
(2) Constant mesh type
Pada transmisi model constant
mesh, gigi roda gigi yang berkaitan harus dapat bergerak pada putaran yang
sama, bila tidak gigi-gigi akan berbunyi dan tidak berkaitan dengan mudah.

Gambar 14. Constant mesh type
Model constant mesh telah
dikembangkan untuk membatasi kekurangan pada tingkat tertentu. Gambar 14 menunjukkan sebuah transmisi yang mana pada keempat dan ketiganya yang terdiri dari model constant mesh. Pada
model ini, gigi input shaft dan counter gear
ada dalam perkaitan yang tetap (constant
mesh).
Gigi ketiga pada output shaft dibuat dapat berputar
bebas di shaft. Pada gigi kopling (clutch gear) diberi alur-alur dan
diposisikan sedemikian rupa pada poros output
hingga dapat digerakkan sepanjang alur-alur untuk berkaitan dengan ujung-ujung gigi.
Sebagai
contoh, bila kita ingin memindahkan gigi-gigi pada tingkat tiga, gigi kopling
didorong ke belakang agar dapat berkaitan dengan bagian
dalam gigi ketiga pada poros output.
Kemudian momen engine akan
berpindah dalam urutan seperti: input
shaft - counter shaft - gigi ketiga pada
output shaft - clutch gear - output shaft.
Bila clutch gear digerakkan kemuka gigi
ketiga pada output shaft hanya akan
berputar bebas tanpa memindahkan tenaga ke roda-roda.
Bila kita bandingkan dengan sliding mesh type, maka constant mesh type perkatannya berlaku
lebih baik dan tidak menimbulkan bahaya kerusakan pada gigi-gigi selama
berkaitan sebab diameter gigi-giginya lebih kecil dengan jumlah gigi yang
sedikit. Sebaliknya, transmisi model ini banyak memunyai
kekurangan-kekurangan dibandingkan dengan synchromesh
type dan masih tetap diperlukan double kopling (double clutching) dengan demikian tidak digunakan dalam jumlah
banyak.
(3) Synchromesh
type
Dewasa
ini pada mobil-mobil banyak digunakan transmisi model synchromesh.
Seperti telah diuraikan di atas, keburukan
pada sliding mesh dan constant
mesh diperlukan waktu untuk menunggu hingga gigi-gigi yang akan berkaitan itu
berputar dengan kecepatan yang sama seluruhnya untuk gigi-gigi ini dapat
berkaitan, bila tidak, akan menimbulkan kerusakan. Tambahan pula, pekerjaan
pemindahaan gigi-gigi diperlukan keahlian.
Karena
itu, transmisi model baru yang telah diciptakan, dimana gigi-gigi dapat
berkaitan, bila putarannya dibuat mendekati satu dan lainnya seketika dengan
adanya tenaga gesek dan dengan demikian putaran akan menjadi sama; karena itu
menyebabkan gigi-gigi lebih mudah berkaitan. Transmisi model baru ini adalah
model synchromesh.
Transmisi
model synchromesh memunyai banyak
keuntungan untuk memungkinkan pemindahan gigi dengan lembut dan cepat tanpa menimbulkan
bahaya pada gigi-gigi dan tidak memerlukan pelayanan dengan kopling ganda (double coupling).
a. Prinsip konstruksi synchromesh
Melihat pada gambar 15, dalam hal
memindahkan gigi-gigi dari yang lebih tinggi ketingkat yang rendah pada saat mobil berjalan,
pertama kopling dibebaskan dan gigi diposisikan pada netral (bebas).
Bagian-bagiannya terdiri dari gigi susun (counter
gear) dan gigi tiga (thrid gear)
berada pada kecepatan asli yang tertinggi tetapi kecepatan gigi tiga dalam
hubungan dengan clutch hub sleeve ada lebih rendah dan menjadi lebih
lambat dengan perlahan-lahan dengan adanya berbagai-bagai macam tahanan.
Sebaliknya, clutch
hub sleeve dan output shaft
yang disatukan untuk menggerakkan roda disesuaikan dengan kecepatan kendaraan
dan tidak akan menjadi lambat. Karena
itu, akan terjadi perbedaan putaran (peripheral speed)
yang besar pada clutch hub sleeve dan
gigi ketiga.
![]() |
.
Gambar 15.
Prinsip konstruksi synchromesh
Dalam hal ini, pada sliding
gear type, gigi ketiga akan bertambah
putarannya oleh adanya dubel kopling (double clutching), sehingga dengan
bertambahnya putaran gigi ketiga untuk disesuaikan
dengan putaran clutch hub sleeve.
Pada synchromesh type, sebagai ganti
mempertinggi putaran engine, dengan
mempertinggi putaran engine, hub sleeve. Sebuah kopling bentuk kerucut (conical clutch) disebut synchronizer
ring digunakan untuk menciptakan gaya gesekan antara clutch
hub sleeve dan gigi tiga berputar pada kecepatan yang sama kemudian gigi (alur-alur) akan berkaitan. Ini adalah prinsip kerja synchromesh.
b. Bagian-bagian utama sinkromes (main components of synchromesh device)
![]() |
Gambar 16. Bagian-bagian utama sinkromes.
(1)
Clutch hub
Berkatian
dengan output
shaft pada alur-alurnya.
(2) Clutch hub sleeve
Berkaitan dengan bagian luar (spline).
Dilengkapi dengan alur bagian luar untuk garpu pengatur (shift fork).
(3) Ring-ring
sinkromes (synchronizer ring)
Disamping bagian gigi-gigi yang tirus pada output shaft
(3) Baji sinkromes (synchromesh
shifting
key)
Dipasangkan
ditiga tempat di bagian luar diameter clutch
hub sleeve dan ditekan oleh pegas-pegas ke hub
sleeve.
c. Cara kerja sinkromes
Dalam keadaan netral
Gigi-gigi dalam keadaan perkaitan yang tetap dengan gigi
susun (counter gear) tetapi dapat berputar bebas pada output shaft.
Output shaft, clutch hub, dan clutch hub sleeve
masing-masing beralur, dengan demikian semuanya
dapat berputar sama. Ring-ring sinkromes berada dalam keadaan bebas tetapi
ujung-ujung shifting key, ditempatkan pada 3 tempat
dari tiap ring-ring.
![]() |
Hub slip kopling (Clutch hub sleeve)
Baji pengunc (Shifting
key)
Hub kopling
(Clutch hub)
|
Gambar 17. Potongan
mekanisme sinkromes.
![]() |
Bila
gigi-gigi berhubungan (shifting gear)
(1) Bila tuas pengatur didorong menurut arah panah, clutch
hub dan shifting key akan
berkaitan pada bagian yang menonjol di bagian tengahnya dengan demikian tenaga
akan dipindah ke shifting key. Kemudian
shifting key akan mendorong synchronizer ring akan ditarik oleh gigi dengan demikian clutch hub dan synchonizer
ring akan saling berhadapan satu
dengan lainnya dengan bagian-bagian
yang menonjol keluar dari jajaran.
(2) Bila shift
lever kita dorong sedikit keras, clutch
digeserkan lebih lanjut, maka clutch
akan bebas (tidak berkaitan) dengan shifting
key. Synchronizer ring juga selanjutnya akan diseret dan mengakibatkan clutch
hub dan synchromizer ring saling
mendorong dengan kuat seperti ditunjukkan
pada gambar. Selama tenaga dipindahkan gigi ketiga akan bertambah
putarannya, hingga akhirnya clutch hub dan gigi ketiga berada pada kecepatan yang sama.
(3) Bila tuas
pengatur didorong lebih lanjut. Bila clutch
hub telah disinkronisasikan dengan gigi ketiga, synchronizer ring menjadi bebas
dalam arah putarannya, dengan demikian clutch
hub telah berkaitan dengan gigi ketiga.
Gambar 18. Diagram cara kerja sinkromes.
5. Pemindah
Gigi.
Yang dimaksud dengan pemindah gigi adalah pergeseran gigi
dalam transmisi dengan bantuan tuas pemindah gigi (gear shift lever) untuk merubah
perkaitan gigi. Tuas pengatur (shift lever)
umumnya ditempatkan di bawah roda kemudi dan dihubungkan dengan garpu pengatur
(shift fork) yang terdapat di dalam transmisi terdiri
dari batang dan tuas penghubung. Bila batang dan tuas penghubung (linkage) digunakan antara tuas pengatur dan
garpu pengatur, sistem ini disebut 'column
shift'.
Pada
mobil-mobil sport dan truk yang
besar-besar, tuas pengatur (shift lever) biasanya dipasangkan
pada lantai dan pelayanan tuas pengaturnya secara langsung tanpa adanya
tambahan lain. Model ini disebut tuas transmisi model
lantai (floor shift).
![]() |
Gambar 19. Column Shift Gambar 20. Floor shift (model tongkat)
V.
PROPELLER SHAFT
Pada mobil-mobil yang engine-nya
terletak di bagian depan (front engine) dan roda belakang sebagai
penggerak (rear drive), putaran transmisi dipindahkan ke poros-poros roda
belakang (rear axle) dengan bantuan propeller
shaft. Pada umumnya hanya digunakan sebuah propeller shaft, tetapi ada beberapa mobil yang propeller shaft-nya terbagi dua dan sambungannya
dijamin oleh sebuah bearing.
Propeller shaft pada umumnya
dibuat dari pipa baja dan kedua ujungnya dilengkapi dengan sebuah universal joint. Salah satu ujungnya
diberi alur-alur (spline) untuk
pemasangan sleeve joint.
Gambar 21. Urutan pemindahan tenaga
1.
Universal joint
Mengapa universal joint diperlukan?
Transmisi dan poros roda belakang (rear axle) pada umumnya tidak segaris
letaknya, dengan demikian putaran tidak dapat dipindahkan oleh kedua bagian ini
dengan sebuah poros.
Tambahan pula, transmisi dipasangkan pada
rangka (frame) dan poros belakang
pada umumnya diikatkan pada pegas-pegas belakang.
Gambar 22. Gerakan turun naik diferensial
Karena itu, posisi hubungan antara transmisi dan
poros belakang selalu berubah-ubah dengan adanya beban dan kejutan roda-roda
yang memengaruhi pegas-pegas bila kendaraan berjalan.
Universal joint berfungsi
untuk memindahkan perputaran dengan lembut walaupun adanya perubahan sudut propeller shaft.
![]() |
(1) Universal joint model Hook.
Ada tiga model universal
joint, model hook, model tabung, dan model kopling karet (rubber coupling). Pada
umumnya banyak digunakan universal
joint model hook. Model ini dibuat dalam bentuk
silang dipasangkan pada propeller shaft,
dan pada flange yoke dipasangkan needle roller bearing. Bearing ini
pada tempatnya dijamin oleh snap
ring dan disatukan oleh tutup (cap).
(2) Slip
joint
Panjang propeller shaft dapat
berubah-ubah disebabkan adanya perubahan posisi antara transmisi dan
poros-poros belakang. Bagian ujung propeler yang dihubungkan dengan poros output transmisi terdapat alur-alur
untuk pemasangan slip joint dan untuk
memungkinkan panjangnya poros kopel sesuai dengan jarak output shaft transmisi dan differential propeller shaft.
Propeller shaft Spider Bearin3cap
Gambar 23. Universal joint metode Hook

Kopling karet Yoke
Gambar 24. Kopling karet
(rubber coupling)
(3) Rubber coupling
Universal joint yang mempergunakan karet atau sejenis tenunan yang kuat
mempunyai daya lentur yang baik dan tidak memerlukan pelumasan. Kopling karet (rubber coupling) ini juga memunyai daya
penyerap getaran puntiran (torsional
vibration) yang ditimbulkan oleh sistem tenaga transmisi.

Gambar
22. Gerakan turun naik diferensial
VI. POROS RODA BELAKANG
Poros roda
belakang beserta kelengkapannya menjamin (50-80%) berat kendaraan pada saat
yang sama poros roda belakang harus menggerakkan roda-roda.
Poros belakang
dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu: dua poros yang menggerakkan roda-roda.
Diferensial yang memungkinkan terjadinya perbedaan putaran yang diperlukan
antara roda-roda kiri dan kanan, dan rumah poros (axle housing) yang menutupi
bagian-bagian ini. Rumah poros roda belakang (rear axle housing)
diikatkan pada pegas-pegas untuk mencegah getaran-getaran yang ditimbulkan oleh
keadaan permukaan jalan yang pindah ke bodi kendaraan.
1. Konstruksi Poros Belakang
Poros belakang (rear axle) dipasangkan pada pegas-pegas
casis melalui rumah poros (axle housing).
Rumah poros ini merupakan satu konstruksi tunggal dan pada kedua ujung-ujungnya
dipasangkan rem. Pada bagian tengah rumah poros dibuat tempat pemasangan
diferensial dan juga sebgai tempat penyimpanan minyak. Umumnya pada rumah ini
dilengkapai dengan sebuah lubang udara (breather
plug). Lubang ini berfungsi untuk mencegah naiknya tekanan di dalam rumah disebabkan minyak menjadi panas
selama bekerja dengan demikian mencegah kebocoran minyak melalui oil seal ke rem.
![]() |
Gambar 25. Potongan poros belakang
Diferensial yang terletak di bagian tengah
poros belakang ini terdiri dari beberapa buah gigi yang berkaitan sesamanya.
Tiga fungsi pokok diferensial:
(1) Merubah arah perputaran shaft 900 derajat dengan sistem bevel gear,
(2) Mengurangi kecepatan yang diterima dari transmisi,
(3) Memungkinkan perbedaan putaran antara
roda-roda kiri dan kanan.
Poros-poros roda belakang memindahkan
momen dari diferensial ke roda-roda. Ujung-ujung poros ini diberi alur-alur
yang disatukan dengan diferensial dan ujung-ujung lainnya tempat pemasangan roda. Perapat oli (oil seal) dipasangkan di bagian luar
poros-poros untuk mencegah kebocoran oli pada rem roda belakang.
2. Model Poros Belakang (rear axle type)
Rear axle dapat dibagi dalam tiga model ditinjau
dari pengguaan bantalan (bearing) dan model tersebut adalah
sebagai berikut: full floating, three
quarter floating dan semi floating.
![]() |
(1) Full floating (2) Three-quarter floating (3) Semi floating
Gambar 26 Model poros belakang
Gambar 26 Model poros belakang

Gambar 21. Urutan
pemindahan tenaga
(1) Model bebas
memikul (full floating type)
Bantalan-bantalan yang
dipasangkan diantara rumah poros (axle
housing) dan wheel hub, dengan roda
dipasangkan
pada hub. Pada
model ini, berat kendaraan seluruhnya dijamin oleh rumah poros, poros roda
hanya menggerakkan roda. Pada poros ini tidak ada beban yang menekan pada poros
aksel, model ini sangat baik untuk pengangkutan beban-beban yang berat dan karena
itu banyak digunakan pada truk-truk.
(2) Tiga perempat beban memikul (three quarter floating)
Pada model axle housing ini hanya menggunakan sebuah
bantalan antara axle housing dan wheel hub. Roda dipasangkan langsung
pada poros roda. Hampir keseluruhan berat kendaraan pada umumnya dipikul oleh housing, tenaga mendatar (lateral force) baru akan bekerja bila
kendaraan membelok dan akan bekerja pada
poros (axle shaft).
(3)
Setengah bebas memikul (semi
floating)
Bantalan dipasangkan
diantara rumah poros (axle housing)
dan axle shaft (poros), dan roda dipasangkan langsung pada axle shaft. Karena itu, axle shaft memikul seluruh berat kendaraan
dan juga tenaga datar (lateral force)
mulai bekerja pada waktu kendaraan membelok.
3. Sistem Penggerak (drive system)
(1) Penggerak hotchkiss (hotchkiss drive)
![]() |
Pada penggerak hotchkiss, poros belakang dipasangkan pada pegas-pegas belakang,
metode ini juga banyak digunakan. Propeller shaft
dihubungkan dengan transmisi ke poros belakang dan pada ujung-jungnya dilengkapi dengan universal
joint. Pada
sistem penggerak ini, gerakan dan tenaga lainnya dari roda-roda, keseluruhannya
dipindahkan ke bodi melalui
Gambar 27. Sistem penggerak
pegas-pegas.
Kendaraan yang menggunakan pegas belakang model koil, yang memindahkan tenaga ke bodi
adalah link-link atau arm.
(2) Penggerak momen model tabung (torque tube
drive)
Pada
penggerak ini, propeller shaft ditempatkan
di dalam
sebuah tabung baja (pipa momen) dan dipasangkan universal joint hanya di bagian depan saja. Bagian
belakang tabung ini dibuat pada axle
housing dan ujung bagian depannya diikatkan pada bagian rangka yang
melintang atau pada bak transmisi melalui sebuah ball
joint. Karena itu, pegas-pegas hanya berfungsi memikul berat
kendaraan, tenaga yang menggerakkan roda dipindahkan ke bodi melalui momen (torque tube).

Gambar 28. Penggerak momen model tabung
|
4. Diferensial
(1) Konstruksi
Pinion
penggerak dijamin di dalam differential
carrier oleh dua buah bantalan (bearing).
Pada bagian ujung luar pinion penggerak diberi alur untuk berkaitan dengan propeller shaft universal
joint yoke. Bagian yang bergigi pada ujung pinion penggerak yang lainnya
berkaitan dengan ring gear. Ring gear diikatkan dengan baut pada differential case dan berputar bersama
dengan case.

Gambar 29. Bagian
diferensial
Differential case dijamin di dalam differential
carrier dengan bantalan-bantalan (bearing).
Pinion shaft ditempatkan
di bagian tengah case, sejajar dengan
ring gear, dan dipasangkan sedemikian rupa yang mana kedua gigi differential pinion yang terpasang pada ujung-ujung porosnya dapat berputar dengan porosnya. Di bagian dalam case pada kedua ujung terdapat dua buah roda
gigi (differential side gear) yang
berkaitan dengan roda gigi pinion (pinion gear). Pada bagian dalam side gear ini diberi
alur (spline) untuk perkaitan dengan
poros-poros roda belakang (rear axle
shaft). Untuk memungkinkan roda-roda gigi dapat berputar bersama dengan
porosnya.
Pada gambar 30 memperlihatkan pandangan diferensial.
Pokok utama pada mekanik diferensial adalah
perkaitan antara ring gear dengan drive pinion. Bila kedua bagian ini
tidak berkaitan dengan sempurna, maka akan menimbulkan suara, atau gigi-gi akan segera menjadi aus. Karena itu, untuk memeroleh
perkaitan yang sempurna antara ring gear dan pinion
penggerak, diferensial dilengkapi dengan shim
dan mur penyetel (bearing adjusting nut)
untuk dapat melakukan penyetelan.
Penyetelan-penyetelan dapat dilakukan pada
kedua drive pinion dan ujung-ujung ring gear. Drive pinion dapat
digeserkan merapat dengan ring gear,
dengan jalan menambah sejumlah shim diantara
bantalan-bantalan drive pinion (drive pinion bearing), dan akan menjadi
renggang dengan mengurangi shim-nya. Ring gear dirapatkan atau direnggangkan
dari drive pinion dengan jalan mengeraskan atau mengendorkan mur-mur penyetelannya (adjusting nut).

Gambar
30. Pandangan diferensial Gambar
31. Diferensial
(2) Ring gear
Pinion penggerak (drive pinion)
Gigi-gigi yang berkaitan, yaitu ring gear dan pinion penggerak disebut 'bevel
gear'. Bevel gear memunyai bentuk gigi-gigi yang lurus,
atau gigi-gigi berbentuk kurva (curved
teeth) seperti terlihat pada gambar 32, gigi spiral bevel
dan gigi hypoid bevel.

Gambar 32. Model final reduction gear
Pada roda gigi
model hypoid perkaitan pinion
penggerak dengan ring gear berlaku di
bawah garis pusat ring
gear. Dengan demikian propeller shaft
dapat diperendah tanpa mengurangi jarak minimum ke tanah (minimum ground clearance), dan memungkinkan ruang penumpang yang
lebih besar.
Roda gigi
model hypoid ini juga dapat dibuat
lebih kompak dan kuat dari model lainnya, lebih praktis
pemakaiannya, serta model ini banyak digunakan pada kendaraan-kendaraan.
Karena
roda gigi model hypoid (hypoid bevel gear) memunyai karakter
kerja seperti 'menyapu' (characteristic
wiping action), yang mana diperlukan penggunaan minyak pelumas yang khusus
dengan viskositas yang tinggi, biasa disebut minyak hypoid (hypoid gear oil)
untuk mencegah gigi menjadi panas.
(3) Cara kerja.
Cara kerja diferensial dapat dibagi beberapa bagian menurut
fungsinya, antara lain, speed reducing
action (berfungsi mengurangi kecepatan) power
directional changing action (merubah arah tenaga), dan differential action (melakukan perbedaan).
a. Speed reducing directional changing action
Bila propeller shaft berputar,
juga ring gear yang berkaitan dengan drive pinion turut berputar-putar. Ring gear yang dipasangkan pada diffrerential case turut berputar,
tenaga dipindahkan melalui roda gigi side
gear dan memutarkan poros-poros roda belakang (rear axle shaft).
Kecepatan putaran propeller shaft dapat dikurangi sebelum putaran ini mencapai poros-poros
belakang disebabkan pinion penggerak yang berkaitan
dengan ring gear yang memunyai jumlah
gigi banyak. Pada umumnya gear reduction
(reduksi gigi) dari 3 : 1 sampai dengan 5:1.
Perbandingan reduksi _
Putaran Poros Propeller/menit
Jumlah gigi-gigi Ring gear
kecepatan ———— = ——————————————
Putaran Poros aksel belakang/menit Jumlah gigi-gigi pinion penggerak
Bila
perbandingan reduksi (reduction ratio)
diperbesar, maka kemampuan menggerakkan roda menjadi lebih besar, tetapi tidak
memungkinkan untuk menambah kecepatan kendaraan. Sistem reduksi kecepatan (speed reduction) ini biasanya disebut 'final reduction gears'.
b. Kerja diferensial
Bila kendaraan meluncur pada jalan yang lurus dan rata,
maka ring gear, differential case, side gear
dan poros aksel akan berputar dan merupakan satu kesatuan (single ody) seperti terlihat pada gambar 33 (A).
![]() |
Tetapi pada waktu
kendaraan membelok akan terdapat perbeda-
an, ini
disebabkan adanya tahanan antara roda-roda
sebelah kiri dan kanan seperti terlihat
pada gambar 33 (B) roda gigi
pinion berputar
mengikuti
side gear sambil berputar pada poros-porosnya sendiri,
dan gerakan yang lebih cepat pada salah satu side gear mengakibatkan jumlah putaran side gear
yang satu lagi menurun.
Gerakan ini menimbulkan perbedaan putaran antara roda
roda disebut 'differential gears'. Gambar 33. Kerja diferensial
Dengan cara kerja diferensial seperti di atas terdapat
satu kerugian. Kerugian ini akan timbul bila salah satu roda berada pada tempat yang berlumpur atau
berpasir. Roda yang bebas memunyai tahanan yang lebih kecil, sehingga roda akan berputar tanpa memutarkan
roda yang satunya.
Keadaan ini menyebabkan kendaraan
tidak dapat jalan bila salah satu roda masuk lumpur. Kesukaran ini dapat diatasi dengan mengunci
roda gigi pinion agar tidak dapat berputar sendiri, dimaksudkan agar kedua side gear menerima momen yang sama. Alat
tersebut dinamakan diferensial lock.
![]() |
c. Limited slip
differential
Frietionai
Gambar 34. Konstruksi limited slip differential
Pada waktu kendaraan berjalan
lurus tenaga disalurkan sama halnya dengan diferensial model biasa. Tetapi pada waktu membelok
momen dipindahkan dari pinion penggerak (drive pinion) melalui ring gear, dan differential case ke clutch bagian kanan dan clutch bagian kiri, melalui differential pinion, differential
side gear ke poros-poros
roda belakang. Dalam hal ini perputaran differential pinion akan
mengelilingi clutch bagian kiri. Dengan adanya dorongan ke samping (aksial) bagian-bagian
yang runcing di sebelah kiri clutch cenderung
untuk meluncur ke atas, yang mana tenaga ini mengarah
ke bagian luar dan tenaga ini diteruskan ke differential side gear. Roda-roda gigi side gear mengunci
poros-poros differential side gear. Kemudian, bila salah satu roda mengenai es atau lumpur maka untuk sementara
akan kehilangan tarikan, tidak akan ada perputaran dan juga tidak dapat
berputar lebih cepat dari
pada roda lainnya.
Bila mengelilingi satu kurva, diferensial
bekerja dalam keadaan yang biasa untuk memungkinkan roda sebelah luar berputar
sedikit lebih cepat dari pada roda sebelah dalam. Cara ini dapat beraku hanya karena adaqya slip pada differential side gear.
Post a Comment